Pragmatik dalam Komunikasi Sehari-hari

Pengenalan Pragmatik dalam Komunikasi Sehari-hari

Pragmatik adalah cabang linguistik yang mempelajari bagaimana konteks mempengaruhi arti suatu ucapan. Dalam komunikasi sehari-hari, pragmatik memainkan peran penting dalam memahami maksud dan tujuan di balik kata-kata yang diungkapkan. Misalnya, ketika seseorang mengatakan “Apakah kamu bisa menutup jendela?”, dalam banyak konteks, ini bukan hanya sekadar permintaan untuk menutup jendela, tetapi juga mencerminkan kebutuhan akan kenyamanan, mengurangi kebisingan, atau menjaga kehangatan. Di sini, pentingnya konteks menjadi jelas.

Konteks dalam Komunikasi

Konteks adalah salah satu elemen paling krusial dalam pragmatik. Dalam situasi sosial yang berbeda, ucapan yang sama bisa memiliki arti yang berbeda. Pertimbangkan ketika seseorang berada di sebuah pertemuan formal dan mengatakan, “Sangat menarik,” saat mendengarkan presentasi. Jika diucapkan dengan penekanan dan nada sarkastik, artinya bisa berbeda dengan ketika diucapkan dengan sungguh-sungguh. Pragmatik membantu kita menangkap nuansa seperti ini yang mungkin tidak tersirat dalam kata-kata itu sendiri.

Implicature: Makna Tersirat

Implicature adalah konsep yang merujuk pada makna yang tidak diucapkan secara langsung tetapi dapat dipahami dari situasi atau konteks. Dalam sebuah percakapan di kafe, misalkan seseorang berkata, “Di luar sangat hujan.” Teman yang mendengarnya mungkin merespon dengan, “Baiklah, kita tinggal di sini,” meskipun tidak ada yang secara eksplisit meminta untuk tetap. Di sini, pernyataan pertama disampaikan dengan implikasi bahwa mereka seharusnya tidak keluar. Ini menunjukkan kemampuan dan kepekaan untuk menangkap maksud yang lebih dalam dari ucapan.

Politeness dan Tata Krama dalam Berbicara

Pragmatik juga berkaitan dengan kesopanan dalam komunikasi. Dalam budaya Indonesia, penggunaan bahasa yang sopan sangat penting dan sering menciptakan nuansa dalam interaksi sosial. Misalnya, saat meminta sesuatu, seseorang mungkin akan menggunakan kata-kata seperti “mohon” atau “tolong” untuk menunjukkan sikap hormat. Jika seorang anak meminta tolong kepada orang tuanya dengan hanya mengatakan, “Ambilkan saya air,” hal ini bisa dianggap kurang sopan terutama jika dibandingkan dengan, “Ibu, mohon ambilkan saya air, ya.”
Tata krama ini sangat penting dalam menjaga hubungan sosial dan menghindari kesalahpahaman.

Peran Jargon dan Bahasa Gaul

Dalam komunikasi sehari-hari, penggunaan jargon dan slang (bahasa gaul) juga dapat menciptakan lapisan makna. Misalnya, kalimat seperti “Dia kena mental” dalam konteks anak muda dapat berarti bahwa seseorang mengalami tekanan mental, bukan hanya secara harfiah berarti dipukul secara fisik. Bahasa gaul dapat berfungsi sebagai simbol identitas kelompok dan memperkuat ikatan sosial di antara penggunanya. Pragmatik memberikan pemahaman tentang bagaimana bahasa ini berfungsi dalam konteks sosial yang lebih luas.

Ambiguitas dalam Bahasa

Salah satu aspek menarik dari pragmatik adalah ambiguitas. Ucapan bisa memiliki lebih dari satu makna, tergantung pada cara pemahaman dan konteks. Pertimbangkan ungkapan, “Mari kita pergi ke malam.” Ini bisa berarti pergi ke suatu acara malam hari, tetapi bisa juga berarti merujuk pada pengalaman romantis. Dalam situasi ini, pendengar harus mencari konteks tambahan untuk memahami arti yang dimaksud. Ambiguitas dapat menyebabkan kebingungan, tetapi juga dapat menjadi sumber kreativitas dalam komunikasi.

Persepsi dan Respon dalam Interaksi

Pragmatik menggarisbawahi bagaimana kita merespons ucapan orang lain. Misalkan ketika seseorang bercerita tentang kesulitan di tempat kerja, dan teman yang mendengarkan berkata, “Itu pasti sulit.” Respon ini tidak hanya menunjukkan empati tetapi juga membangun koneksi emosional. Respon yang sesuai dalam konteks ini bisa membantu menciptakan komunikasi yang lebih baik dan memperkuat hubungan.

Pragmatik dalam komunikasi sehari-hari benar-benar melibatkan berbagai dimensi yang memperkaya cara kita berinteraksi. Dengan memahami elemen-elemen ini, individu dapat menjadi komunikator yang lebih efektif, membuat hubungan sosial yang lebih kuat dan minim konflik akibat kesalahpahaman.

Share: Facebook Twitter Linkedin

Comments are closed.